Mungkin udah ketinggalan banget ya tapi.. Gue browsing ini dari berbagai banyak sumber, bener bener dari berbagai sumber.
Behind the crowd
Keep calm and silent...
Jumat, 11 Juli 2014
My Sister answer
Mungkin udah ketinggalan banget ya tapi.. Gue browsing ini dari berbagai banyak sumber, bener bener dari berbagai sumber.
Senin, 30 Juni 2014
Ketika 3 x 8 = 23
Pembeli berteriak: “3×8 = 23, kenapa kamu bilang 24?”
Yan Hui mendekati pembeli kain dan berkata: “Sobat, 3×8 = 24, tidak usah diperdebatkan lagi.”
Pembeli kain tidak senang lalu menunjuk hidung Yan Hui dan berkata: “Siapa minta pendapatmu? Kalaupun mau minta pendapat mesti minta ke Confusius. Benar atau salah Confusius yang berhak mengatakan.”
Yan Hui: “Baik, jika Confucius bilang kamu salah, bagaimana?”
Pembeli kain: “Kalau Confucius bilang saya salah, kepalaku aku potong untukmu. Kalau kamu yang salah, bagaimana?”
Yan Hui: “Kalau saya yang salah, jabatanku untukmu.”
Keduanya sepakat untuk bertaruh, lalu pergi mencari Confucius. Setelah Confucius tahu duduk persoalannya, Confucius berkata kepada Yan Hui sambil tertawa: “3×8 = 23. Yan Hui, kamu kalah. Berikan jabatanmu kepada dia.”
Selamanya Yan Hui tidak akan berdebat dengan gurunya. Ketika mendengar Confucius berkata dia salah, diturunkannya topinya lalu dia berikan kepada pembeli kain. Orang itu mengambil topi Yan Hui dan berlalu dengan puas.
Walaupun Yan Hui menerima penilaian Confucius tapi hatinya tidak sependapat.
Dia merasa Confucius sudah tua dan pikun sehingga dia tidak mau lagi belajar darinya. Yan Hui minta cuti dengan alasan urusan keluarga. Confusius tahu isi hati Yan Hui dan memberi cuti padanya. Sebelum berangkat, Yan Hui pamitan dan Confucius memintanya cepat kembali setelah urusannya selesai, dan memberi Yan Hui dua nasihat: “Bila hujan lebat, janganlah berteduh di bawah pohon. Dan jangan membunuh.”
Yan Hui menjawab, “Baiklah,” lalu berangkat pulang.
Di dalam perjalanan tiba-tiba angin kencang disertai petir, kelihatannya sudah mau turun hujan lebat. Yan Hui ingin berlindung di bawah pohon tapi tiba-tiba ingat nasihat Confucius dan dalam hati berpikir untuk menuruti kata gurunya sekali lagi. Dia meninggalkan pohon itu. Belum lama dia pergi, petir menyambar dan pohon itu hancur. Yan Hui terkejut, nasihat gurunya yang pertama sudah terbukti.
Apakah saya akan membunuh orang?
Yan Hui tiba di rumahnya saat malam sudah larut dan tidak ingin mengganggu tidur istrinya. Dia menggunakan pedangnya untuk membuka kamarnya. Sesampai di depan ranjang, dia meraba dan mendapati ada seorang di sisi kiri ranjang dan seorang lagi di sisi kanan. Dia sangat marah, dan mau menghunus pedangnya. Pada saat mau menghujamkan pedangnya, dia ingat lagi nasihat Confucius, jangan membunuh. Dia lalu menyalakan lilin dan ternyata yang tidur disamping istrinya adalah adik istrinya.
Pada keesokan harinya, Yan Hui kembali ke Confucius, berlutut dan berkata:
“Guru, bagaimana guru tahu apa yang akan terjadi?”
Confucius berkata: “Kemarin hari sangatlah panas, diperkirakan akan turun hujan petir, makanya guru mengingatkanmu untuk tidak berlindung dibawah pohon. Kamu kemarin pergi dengan amarah dan membawa pedang, maka guru mengingatkanmu agar jangan membunuh”.
Yan Hui berkata: “Guru, perkiraanmu hebat sekali, murid sangatlah kagum.”
Jawab Confucius : “Aku tahu kamu minta cuti bukanlah karena urusan keluarga.
Kamu tidak ingin belajar lagi dariku. Cobalah kamu pikir. Kemarin guru bilang 3×8=23 adalah benar, kamu kalah dan kehilangan jabatanmu. Tapi jikalau guru bilang 3×8=24 adalah benar, si pembeli kainlah yang kalah dan itu berarti akan hilang 1 nyawa. Menurutmu, jabatanmu lebih penting atau kehilangan 1 nyawa yang lebih penting?”
Yan Hui sadar akan kesalahannya dan berkata : “Guru mementingkan yang lebih utama, murid malah berpikir guru sudah tua dan pikun. Murid benar2 malu.”
Sejak itu, kemanapun Confucius pergi Yan Hui selalu mengikutinya.
Cerita ini mengingatkan kita :
Jikapun aku bertaruh dan memenangkan seluruh dunia, tapi aku kehilangan kamu, apalah artinya. Dengan kata lain, kamu bertaruh memenangkan apa yang kamu anggap adalah kebenaran, tapi malah kehilangan sesuatu yang lebih penting. Banyak hal ada kadar kepentingannya. Janganlah gara-gara bertaruh mati-matian untuk prinsip kebenaran itu, tapi akhirnya malah menyesal, sudahlah terlambat. Banyak hal sebenarnya tidak perlu dipertaruhkan. Mundur selangkah, malah yang didapat adalah kebaikan bagi semua orang.
Kamis, 26 Juni 2014
Toilet (again?)
There's ghost in the toilet?
Selasa, 24 Juni 2014
The Red Crayon
Suatu hari, sang suami menemukan krayon merah di lantai di salah satu lorong. Pasangan ini tidak memiliki anak, dan tidak ada tanda-tanda ada seseorang selain mereka yang tinggal di sana. Namun mereka mengabaikannya.
Tapi kemudian hal-hal aneh lainnya mulai terjadi satu demi satu hingga kedua orang ini takut dan memutuskan untuk meneliti rumah itu, mencari asal usul dari keanehan yang mereka alami.
Ketika melihat denah rumah, mereka baru mengetahui bahwa ada ruangan lain yang telah ditutup untuk beberapa alasan. Setelah mengetahuinya, mereka mulai merobek wallpaper di mana pintu menuju ruangan itu berada.
Di belakang wallpaper terdapat sebuah pintu kayu yang berukuran lebih kecil dari pintu-pintu lain sejajar dengan dinding. Bercampur rasa takut dan penasaran merekapun membuka pintu tersebut dengan perlahan.
Tidak ada apapun di sana kecuali sebuah kursi kosong dan dinding di keempat sisi ruangan yang dipenuhi oleh tulisan dengan crayon merah.
Ibu, maafkan aku! Aku sangat menyesal! Biarkan aku keluar! BIARKAN AKU KELUAR! TOLONG! AKU MEMINTA MAAF, IBU! IBU!
source: okaruto
Sabtu, 21 Juni 2014
Bizzare Death
Pada tanggal 23 Maret 1994 pihak forensik memerikas mayat Ronald Opus dan menyimpulkan bahwa pria ini tewas akibat tembakan shotgun di kepalanya. Tuan Opus sebelumnya telah terjun dari atap sebuah bangunan berlantai sepuluh dengan niat bunuh diri. Dia meninggalkan catatan kematian sebelumnya, yang menjelaskan betapa depresi dirinya. Saat tubuhnya melayang melewati lantai sembilan, sepucuk shotgun menyalak, menembus kaca jendela dan merenggut nyawa Tuan Opus seketika itu juga.
Tak seorang pun dari penembak maupun sang “penerjun” menyadari bahwa jaring keamanan telah dipasang di bawah lantai delapan sebagai pelindung para pekerja gedung.
Seharusnya Ronald Opus tidak akan sukses dengan rencananya yang sebelumnya. “Biasanya,” kata dr. Mills, “seseorang yang yang melakukan tindak bunuh diri dan ternyata nyawanya berhasil melayang, walau mekanismenya tidak berjalan sesuai dengan yang ia harapkan, masih dikategorikan sebagai tindak bunuh diri.”
Fakta yang ada tetap menunjukan bahwa penyebab kematian Tuan Opus adalah karena tembakan. Namun hal lain yang perlu diperhatikan adalah adanya kemungkinan tindakan bunuh dirinya tak akan “sukses” mengingat keberadaan jaring penyelamat, dan hal ini menyebabkan para petugas merasa bahwa kasusnya merupakan sebuah pembunuhan.
Kamar di lantai sembilan dimana shotgun meledak, ditempati oleh seorang pria tua bersama dengan istrinya. Saat itu mereka sedang bertengkar hebat, dan sang suami mengancam isterinya dengan shotgun. Sang pria telah begitu kesalnya sehingga saat dirinya menarik pelatuk, dia benar-benar meleset dan butiran-butiran peluru dari shotgun menghantam jendela dan menghajar Tuan Opus.
Saat dihadapkan dengan tuntutan pembunuhan, pria tua beserta sang istri bersikeras. Mereka berdua mengaku bahwa mereka pikir, shotgun tersebut tak berisi. Hingga kemudian sang pria tua mengatakan bahwa mengancam istrinya dengan shotgun kosong, adalah sebuah kebiasaan lamanya. Tak ada niat sedikit pun untuk melukai sang istri, apalagi membunuhnya. Dari hal ini kemudian dinyatakan bahwa kematian Tuan Opus merupakan sebuah kecelakaan; senjata tersebut secara tidak sengaja telah terisi.
Kelanjutan investigasi kemudian mendapatkan pernyataan dari seorang saksi yang mengaku telah melihat bahwa putra pasangan tersebutlah yang mengisikan peluru sekitar enam minggu sebelum kecelakaan maut itu terjadi. Nampaknya wanita tua yang tinggal di lantai sembilan tersebut telah menghentikan bantuan dan tunjangan finansial terhadap
putranya tersebut. Mengingat kebiasaan ayahnya yang kerap mengancam sang ibu dengan shotgun, sang putra mengisi shotgun dengan peluru, berharap agar ayahnya menembak sang ibu. Kasus kemudian berkembang lagi menjadi kasus pembunuhan terhadap Ronald Opus, dengan sang putra tersebut sebagai tersangka.
Belum selesai sampai di situ, kisah ini akan diakhiri dengan sebuah twist dahsyat yang menyangkut serangkaian peristiwa di atas. Penyelidikan lebih dalam menunjukan bahwa sang putra adalah Ronald Opus sendiri! Depresi karena tunjangan keuangannya berhenti, ditambah lagi kematian ibunya yang ia harapkan tak kunjung terjadi juga, semakin membuatnya stress. Hal ini mendorongnya untuk terjun dari atap bangunan berlantai sepuluh pada tanggal 23 Maret, hanya untuk
mati dari sepucuk shotgun yang meledak melalui jendela ruang di lantai sembilan.
Anak tersebut pada dasarnya telah membunuh dirinya sendiri sehingga para penyidik pun menutup kasusnya.
Basic source: FubarParanoia
Translated in: Creepypasta Indonesia Facebook
Lost and Found
"Seorang pria berusia ## tahun telah hilang sejak hari
sebelumnya. Dia mengenakan ..."
Dan ketika orang itu ditemukan, pengumuman lain akan
dibuat.
"Orang yang hilang sebelumnya sudah ditemukan dalam keadaan sehat."
Setiap musim dingin kamu dapat mendengar pengumuman seperti itu lebih banyak dari biasanya. Bahkan pagi ini ada pemberitahuan hilangnya seorang anak berumur 7 tahun mengenakan baju berwarna biru.
Kemudian pada hari itu juga, tindak lanjut pengumuman dibacakan
"Anak yang hilang sebelumnya telah ditemukan, namun hanya sebagian saja."
Memang hari yang dingin ini membuatku cukup lapar, tapi entah kenapa kali ini aku hanya ingin mengambil sebagiannya saja.
Basic story source: okaruto tumblr